Jumat, 12 Desember 2008

Contoh Pembuatan Iklan Institusional 1

PKS


Peran partai politik Islam dikancah nasional menjelang pemilu 2009 kembali dipertanyakan. Sejak Indonesia merdeka dan menganut sistem demokrasi, banyak muncul partai yang bernafaskan Islam. Namun, sejak berdirinya partai Islam tersebut, tak satupun partai Islam mampu memenangkan pemilu.

Hal itu bisa dilihat dalam dasawarsa ini. Partai Islam seperti, PKS, PKB, PBB, dan PPP adalah beberapa partai politik yang bernaung dalam kibaran Islam. Namun, partai tersebut juga bernasib sama dengan partai-partai Islam di era 50-an.

Partai Islam di atas hanya mampu menempati posisi tengah dibandingkan partai nasionalis. Lalu, apakah benar prediksi sebagian kalangan mengatakan bahwa partai Islam di Indonesia tidak akan mampu eksis mengalahkan partai nasionalis? Padahal, 90% penduduk Indonesia beragama Islam.

Selain itu, munculnya partai-partai Islam saat ini telah menimbulkan perdebatan dan kontroversi. Dalam pandangan berbagai kalangan, munculnya partai Islam dinilai sebagai perwujudan hadirnya kembali politik Islam, atau yang secara salah kaprah diistilahkan sebagai "repolitisasi Islam". Benarkah demikian?

Berikut petikan wawancara okezone dengan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi akhir pekan lalu:

Bagaimana anda menanggapi pergeseran parpol yang dulunya mengusung gerakan Islam untuk mendulang suara dalam pemilu, tapi kini parpol tersebut berpindah haluan dan menjadi partai plural?

Saya berpengalaman waktu muda ikut partai A, dari pengalaman itu saya mengambil kesimpulan bahwa politik itu diperlukan untuk agama, tetapi agama sama sekali tidak sama dan sebangun dengan politik.

Maka, tidak mungkin ada partai politik mewakili agama secara utuh, dia hanya menggunakan metode untuk kepentingan agama, itupun kalau tidak lupa. Nah, proses dari agama sebagai nilai ke politik menuju kekuasaan mengusung Islam, tetapi kalau sudah berkuasa tidak mengusung lagi.

Oleh karena itu, sebaiknya partai itu tidak usah mengklaim agama, jadi partai, ya partai nasional saja. Bahwa agama menjadi aspirasi untuk kebangsaan itu oke, dan memang begitu. Tetapi jangan lalu partai ini menganggap dialah yang punya klaim terhadap Islam, nanti yang lain kan nggak keduman (kbagian) Islam.

Lalu ada partai Islam, partai kafir kan gitu, kan jadi begitu. Padahal untuk masalah Islam inikan, seberapa banyak kita bisa ber-Islam, itu kan yang benar. Waman tsakulat mawaazhinuhu fahuwa fi ?~isyati raadliyah. Kita itu ber-Islam 51 persen. Nah, tetapi kalau saya mengklaim kalau yang bukan saya tidak Islam, itu kan salah. Nah, jadi partai Islam sebaiknya pengertiannya adalah sebuah partai yang berskala nasional. Dia dipersilakan mengusung nilai-nilai keluhuran Islam, tapi jangan Islam diklaim sebagai milik partainya.

Berarti, apakah ini menandakan parpol yang berbasis Islam tidak laku, apalagi dalam Pemilu 2004 partai Islam tidak ada yang menang?

Iya, karena mereka akan mengalami kesulitan dengan mengusung Islam. Klaim akhirnya nggak bisa sama dan terbangun dan itu ketahuan orang, kalau nggak sama dan terbangun. Sebab, yang sama dan sebangun dengan Islam itu hanya Rasulullah, Muhammad.

Nah, yang kedua, partai ini juga menganggap sayap, saya (partai) tidak bisa luas ketika klaim agama ini saya ketengahkan, maka ia (partai) lalu mulai menoreh ke pluratitas itu. Tapi pluralitas itu tidak harus pluralitas struktural, bisa pluralitas visioner.

Kalau pluralitas struktural adalah, kalau dalam agama banyak agama yang masuk, tapi kalau pluralitas visioner bisa saja satu agama tapi gerakannya lintas agama.

Bagaimana peta gerakan Islam di percaturan politik 2009. Apakah tidak lakuknya parpol berbasis Islam karena penggembosan NU dan Muhammadiyah yang tidak mau terseret politik praktis?

Berat, bukan hanya menjelang Pemilu 2009, dua ribu berapa pun juga akan berat. Karena itu, akan kesulitan mengidentifikasi tingkah laku dan keluhuran dan kesucian Islam yang sesungguhnya. Tahu-tahu ada yang korupsi, tahu-tahu ada yang nakal, dan itu sama sekali bukan agamis.

Tingkat-tingkat klaim seperti itu, orang lama-lama tidak percaya. Sebaiknya, kepentingan-kepentingan kebangsaan itu didahulukan, dan silakan diniati sebagai bagian dari ibadah.

Seperti apa posisi NU pada Pemilu 2009 mendatang?

Kalau NU secara institusional tidak akan bergeser ke organisasi politik, tidak akan dan tidak bakal, karena NU sudah berniat mengusung agama. Agama tidak sama dengan partai politik maka posisi NU tetap sebagai jam'iyah.

Pengurus PBNU tidak berpolitik. Namun di tingkat bawah, pengurus NU juga menjadi motor PKB?

Hanya saja NU sebagai organisasi itu tidak bisa menghilangkan hak perorangan warga negara Indonesia untuk berpolitik. Misalnya saya orang NU, saya ingin jadi menteri, apa karena saya orang NU tidak boleh, tentu tidak bisa NU memasung. Tapi saya orang NU harus ada aturan mainnya, kalau masuk partai politik lepaskan dong yang ini, ganti sama teman yang lain.

Lha, ini kadang-kadang orang melihatnya tidak jeli. Lho ini kok NU tidak partai politik ketuanya jadi gubernur, ketuanya jadi menteri yang jadi ya dia, tapi posisi struktur tetap pada jam'iyah.

Tapi siapa jadi lagi dia harus keluar dari struktur ini, tapi dia harus keluar dari NU. Kan tidak membatasi partai. Katanya PKB banyak orang NU itu ya, Surya Dharma orang NU tapi ikut PPP, Bursah orang NU ikut PBR dia, siapa bilang pak Ka'ban bukan orang NU.

Ini kan akhirnya kelihatan jadi yang jam'iyah adalah institusional dan gerak vosioner. Tapi gerak hak politik perseorang dipersilahkan. Sebagai politisi dia tidak boleh sekaligus memimpin NU.

Tahun 2004 anda menjadi cawapres. Apakah pada 2009 mendatang bersedia bila dijadikan capres atau cawapres oleh salah satu parpol?

Belum ada pikiran, karena saya tidak punya uang. Okezone


PKS Partai Keadilan Sejahtera Menuju Pemilu 2009

Parpol Islam Tak Laku Sampai Kapanpun

Tidak ada komentar: